Monday, January 30, 2006
MENGGAPAI PELITA MENUJU SATU TUJUAN

Terlahir dari satu karunia yang tak ternilai
Tertiup bersama irama nafas kehidupan yang bersemai dalam raga
Tercipta untuk mementaskan selintas warna hidup dari sebuah perjanjian yang maha sakral antara hamba dan Allah Sang Pencipta kehidupan ini
Menggenggam amanah dengan keberanian yang spektakuler dan berusaha untuk meraih impian semusim
Ternyata….
Irama hidup yang ditempuh adalah sebuah pertanggungjawaban, ia bukan permainan
Ia hadir atas sebuah perjanjian yang maha agung, dan bumi ini tempat dimana kehidupan manusia disemaikan,dan ia adalah panggung pementasan amanah
Tiap detik yang kita lalui dilorong waktu kehidupan ini adalah jenak-jenak yang harus dipertanggungjawabakan di hadapan Allah Illahi Robbi
Setiap sisi ruang dan waktu harus merupakan implementasi "ibadah total" kepada Allah Dzat Yang Agung. Sebab hanya dengan kerangka itu, semua alunan gerak langkah kita memperoleh makna hakiki dimata Sang Kekasih Sejati ,Allah SWT , sebagai arah dan tujuan hidup seorang hamba.
Dalam Visi seorang muslim, ibadah itu diejahwantahkan dalam dua kata: imaroh dan khilafah. Inilah amanah besar yang dibebankan kepundak manusia, dan untuk amanah itu pulalah, Allah meniupkan nafas kehidupan kedalam raga manusiawi kita.
Sesungguhnya tingkat kesadaran kita akan hakikat ini akan menentukan tingkat ‘intensitas’ kehadiran jiwa dalam menjalani irama hidup. Sebab kesadaranitulah yang mengikat jiwa kita secara terus menerus dengan misi penciptaan kita. Seperti mata, jiwa yang memiliki kesadaran begini, selamanya akan terbuka membelalak menatap setiap jejak langkahnya. Dan dari telaga kesadaran inilah kita meneguk mataair kecemerlangan. Sebab air telag itulah yang memberikan kit adorongan dengan tenaga jiwa yang tak pernah kering.

Oh...., duhai hidup...
Engkau ternyata adalah masa karya. Setiap kita diberi rentang waktu yang kemudian kita sebut umur, untuk berkarya. Harga hidup kita, dimata kebenaran, ditentukan oleh kualitas karya kita.
Maka….
Sesungguhnya waktu yang berhak diklaim sebagai umur kita adalah sebatas waktu yang kita isi dengan karya dan amal yang dipandang benar oleh Sang Pencipta. Selain itu, ia bukan milikmu. Itulah undang-undang kebenaran tentang hakikat waktu. Kita bukan waktu yang kita miliki . Tapi kita adalah amal yang kita lakukan.
Dalam relung hakikat itupulalah Allah SWT menurunkan titah-Nya untuk’berpacu’ dan ‘berlomba’ dalam medan kehidupan. Hidup adalah jalan panjang yang kita lalui. Tak satupun diantara para peserta kehidupan itu yang diberi tahu dimana dan kapan ia haruis berhenti. Sebab tempat pemberhentian pertama yang engkau tempati berhenti ialah takkalah tempat ajalmu menjemput. Akhir dari masa karyamu……….

Serta jangan jadikan usia dan semua hambatan duniawi lainnya merintangi gejolak jiwa kita untuk berkarya dan berkarya. Bahkan dalam proses berkarya sekalipun, memberi dan lelah karena-Nya, kita justru menemukan makna kehadiran kita dipanggung kehidupan ini, sesuatu yang memberikan kelezatan jiwa.

Obsesi amanah inilah telah melepaskan jiwa kita dari lingkaran ketegangan daya tarik duniawi. Sebab sesungguhnya berkarya dan memberi itu adalah menapaki tangga menuju langit ketinggian. Dan hambatan terbesar yang selalu memberatkan langkah kita adalah daya tarik dunia.

Kita tak akan memperoleh keringan jiwa untuk berkarya dan memberi kecuali ketika kita berhasil membebaskan jiwa kita dari lingkaran ketegangan daya tarik duniawi itu. Dan untuk pembebasan itu, selain faktor imaniyah lainnya, kesadaran akan amanh kehidupan ini merupakan kekuatan pembebas yang sangan kuat.

Bila….
Suatu ketika engkau berkesempatan berdekat-dekat dengan jiwa, rasakanlah bahwa ada jenak-jenak dimana tali kecapi nuranimu bergetar menyenandungkan hakikat kehidupan ini. Dan bila engkau mendengar dengan telinga hatimu, engkau akan menemukan pesan menuju langit ketinggian.

Majulah saudaraku menuju surga indah yang luasanya seluas langit dan bumi. Hadirkan nuansa akhirat dan semua makna yang berkaitan dengan kata ini dalam benak kita setiap saat.

Lukisan kenikmatan surga meringankan semua beban kehidupan duniawi dalam diri kita. Lukisan kenikmatan surga meringakan langakah kaki kita menyusuri napak tilas perjuangan yang penuh onak dan duri. Tak ada duri yang sanggup menghentikan langakah kita. Sebab duri itu justru memberikan kenikmatan jiwa saat jiwa duniawinya sedang bermandikan sungai surga. Lukisan kenikmatan surga melahirkan semua kehendak dan kekuatan yang terpendam dalam dasar kepribadiannya. Tak ada kehendak dan kebaikan yang tak menjelma menjadi realita. Tak ada tenaga raga yang tersisa dalam dirinya, semua larut dalam arus karya dan amal.

Lukisan kedahsyatan neraka memburamkan keindahan syahwati dalam pandang matahatinya. Lukisan kedahsyatan neraka mematikan semua kecenderungan pada kejahatan. Sebab kejahatan itu sendiri telah berubah menjadi neraka dalam jiwanya, saat sebelah kakinya telah terjerembab kedalam neraka dgn satu kejahatan, dan kaki yang satu akan menyusul dengan kejahatan yang kedua. Lukisan kedahsyatan neraka menghilangkan semua rasa kehilangan kepahitan dan penyesalan dalam dirinya saat ia mencampakan kenikmatan syahwati.

Lukisan surga dan neraka memberi kita kesadaran yang teramat dalam tentang waktu. Makna kehidupan menjadi begitu sakral, suci dan agun ketika ia diletakan dalam bingkai kesadaran akan keabadian. Kaki kita menapak dibumi, tapi jiwa kita mengembara dilangit keabadian dari telaga keimanan ini, kita meneguk semua kekuatan jiwa untuk dapat mengalahkan hari-hari. Seperti apakah kenikmatan yang bisa diberikan syahwat duniawi kepadamu, jika engkau letakkan dalam neraka jiwamu. Seperti apa pulakah kepahitan yang dapat diberikan penderitaan duniawi kepadamu,jika ia engkau simpan dalam surga jiwamu.

Lukisan surga dan neraka yang memenuhi lembaran surat – surat makkiyah, terkadang dipaparkan Allah SWT denga gaya ilmiah yang begitu logis. Sama seperti Allah terkadang malukiskannya dengan gaya deskripsi, begitu sastrawi dan menyeni, seindah – indahnya atau semengeri – mengerikannya. Lukisan pertama menyentuh instrumen akal dan melahirkan ‘al – yaqin’ akan kebenaran hari kebangkitan (akhirat). Lukisan kedua menyentuh instrumen hati dan selanjutnya diharapkan melahirkan ‘khaufan wa Thoma’an’.

Begitulah al-iman bil yaumil akhir itu menjadi telaga tempat kita meneguk semua kekuatan jiwa untuk berkarya. Begitulah al-iman bil yaumil akhir itu menjadi mesin yang setiap saat ‘memproduksi’ watak – watak baru yang positif dan islami dalam struktur kepribadian kita.

Untuk ‘memfungsikan’ keimanan kita seperti ini, kita harus menghadirkan maknanya setiap saat dalam benak dan hati kita.
Sebab......
“..... . dari makna – makna kubur inilah akan lahir akal yang kuat dan tegar bagi sang kehendak.” Kata Musthofa Shidiq Al-Rofi’i.

Duhai saudaraku berproseslah ke arah Sang Maha Kehendak bagai busur anak panah yang rindu akan berjumpa dengan Allah Robbul Izzati.

Amin Allahuma Ya Allah tegarkan saudaraku kuatkan jiwanya untuk menepuh langit yang tinggi,siramilah dia dalam semerbak indahnya kasih sayang-Mu yang tak pernah pudar, serta bentengi dia dalam naungan hidayah –Mu dan hiasilah jiwanya dalam keindahan bertawakkal kepada-Mu.

Rabbana aatinaa fiddun-ya hasanatan,wafil aakhirati hasanatan,waqinaa ‘adzabanaari.


.:mila
posted by kamil @ 7:43 PM   0 comments
Tuesday, January 17, 2006
Les't to find the truth describe life.....


Memahami Arti Hidup
Oleh: Azhari
Publikasi 12/12/2003

hayatulislam.net – Banyak orang tidak paham untuk apa ia hidup didunia ini, sehingga kehidupannya bebas tanpa batas seperti yang kita lihat dalam masyarakat Barat atau dinegara kita sendiri. Mereka biasa berhubungan seksual tanpa melewati pernikahan, mengambil harta yang bukan haknya, membunuh, menipu, merampok, berpakaian telanjang, makan dan minum yang haram.

Orang-orang seperti diatas disebut tidak memahami arti hidup. Bagaimana seseorang mampu memahami arti hidup?, maka ia harus mampu memecahkan tiga persoalan mendasar berikut:

Dari mana saya berasal?
Untuk apa saya hidup didunia ini?
Kemana saya setelah mati?
Darimana saya berasal?

Ini merupakan pertanyaan yang wajar dan sesuai dengan fitrah manusia, bahkan seorang anak kecil-pun akan bertanya dari mana ia sebelum dilahirkan dan paling-paling ibunya menjawab bahwa ia berasal dari perut ibunya. Tetapi kita sebagai manusia dewasa yang berakal tentu tidak akan puas dengan jawaban dari perut ibu kita, untuk itu Sang Maha Pencipta telah memberikan informasi tentang keberadaan kita melalui wahyu-Nya yang tercantum dalam Al-Quran.

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (Al-Mukminun 12-14).

(Dialah Tuhan) yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina (mani) (As-Sajdah 7).

Dan banyak ayat dan hadist lain yang menjelaskan bahwa Allah swt yang menciptakan kita, perkawinan, kehamilan dan kelahiran merupakan perantara saja dari proses penciptaan manusia oleh Allah swt.
Untuk apa saya hidup didunia ini?

Allah swt secara tegas menyatakan bahwa Ia menciptakan kita semata-mata untuk menyembah-Nya, artinya menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Aku ciptakan jin dan manusia hanya untuk menyembah-Ku (Adz-Dzaariyat 56).

Seorang manusia pada saat mencapai baligh, maka semua hukum syara’ (syari’at Islam) terbebani kepada dirinya (taklif). Ia harus tahu perintah yang harus dilakukan dan larangan yang harus ditinggalkan. Setiap gerak langkahnya harus diukur dari kacamata syari’at, dia wajib menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat dan haji, kewajiban sebagai suami dan istri, kewajiban menutup aurat, makanan yang halal, menghindari mengambil yang bukan haknya (suap, komisi, dan lain-lain.), tidak mengambil riba, kewajiban da’wah, jihad, dan lain-lain.

Mereka bisa saja mengaku beragama Islam tetapi tidak menjalankan perintah agama, bahkan ibadah ritual seperti: shalat, puasa, zakat dan haji-pun tidak dilakukan. Padahal Islam tidak sebatas ibadah ritual semata, Islam mengatur seluruh sisi kehidupan kita, seperti: sistem sosial (mu’amalah), ekonomi (iqtishadi), politik (siyasah), peradilan dan sanksi (‘uqubat), dan lain-lain.

Syari’at Islam melalui Al-Quran dan sunnah tidak akan melewatkan satu hal-pun dalam mengatur kehidupan manusia, karena aturan tersebut datang dari Sang Maha Pencipta yang tahu persis kebutuhan manusia dari dulu, sekarang dan akan datang.

Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kalian (Al-Maidah 3).

Mereka yang memahami arti hidup maka setiap gerak langkahnya dalam mengarungi kehidupan selalu mengacu kepada syari’at, ia akan selalu berhati-hati dalam berbuat, lebih baik menunda sejenak dalam berbuat sebelum ia tahu persis apakah hal tersebut halal atau haram. Inilah manusia yang bertaqwa dan akan selamat dalam menempuh kehidupan dunia serta beruntung diakhirat nanti.

Orang-orang yang mengabaikan syari’at Allah swt, merekalah orang yang merugi karena mereka telah mengorbankan kehidupan akhirat yang abadi dengan mengutamakan kehidupan dunia yang sementara. Rasulullah saw menganalogikan kehidupan dunia “Bagaikan berteduh sejenak dibawah pohon (dunia) dalam menempuh perjalanan panjang yang abadi (akhirat)”. Kehidupan dunia bagaikan senda gurau belaka yang menyilaukan dan seharusnya akhiratlah tujuan utama kita.

Hai orang-orang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi (Al-Munafiqun 9).

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda-gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (Al-An’am 32).

Adapun orang yang melampui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya (An-Nazi’at 37-41).
Kemana saya setelah mati?

Setiap jiwa pasti mati dan jika sudah tiba saatnya (ajal) tidak akan dimajukan atau dimundurkan sedetik-pun, saat inilah sudah terlambat untuk bertaubat.

Dan bagi setiap umat ada ajalnya. Apabila ajal itu sudah datang tidak dapat mereka meminta diundurkan atau dimajukan sesaat juapun (Al-A’raf 34).

Dia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku beramal dahulu untuk hidupku ini” (Al-Fajr 24).

Ketika kita dibangkitkan diakhirat nanti, semua yang kita lakukan didunia akan dihisab satu persatu, tidak terkecuali, dosa kecil maupun besar, pahala kecil maupun besar. Keputusannya hanya dua syurga atau neraka.

Tiap-tiap jiwa akan dimintai pertanggung jawaban atas perbuatannya (Al-Mudatsir 38).

Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), tentu kami tidak termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala ini” (Al-Mulk 10).

Akhirul kalam, jika kita memahami arti hidup maka kita harus mengutamakan kehidupan akhirat karena dunia ini persinggahan sementara dari perjalanan panjang kehidupan kita. Kehidupan dunia harus digunakan untuk menyiapkan bekal sebanyak mungkin untuk kehidupan abadi diakhirat nanti.



Wallahua’lam,
posted by kamil @ 6:13 AM   0 comments
Petunjuk Juru Da’wah

Da’wah merupakan kewajiban setiap kaum muslimin sesuai firman Allah,
Dan hendaklah ada diantara kamu, segolongan yang (tetap) menyeru kepada kebajikan dan menyuruh berbuat makruf dan melarang yang mungkar. Mereka orang-orang yang menang.(Ali Imran 104).

Da’wah dalam pengertian ini tidak hanya para Ustadz yang berdiri dimimbar atau menjadi pembicara dalam pengajian-pengajian, tetapi juga para individu yang berbicara secara personal, menasehati, mengajak dan membujuk dengan cara yang baik agar kembali kepada ajaran Islam.

Dengan kondisi masyarakat jahiliyah modern yang begitu jauh dari kehidupan yang islami, dimana kehidupan jahiliyah modern ini lebih berbahaya daripada jahiliyah dizaman Rasulullah saw (begitu pendapat sebagian ulama). Karena ia ditunjang dengan ilmu dan teknik, disalurkan melalui seni dan budaya, disulam dengan benang syirik dan nifak (munafik). Sehingga sangat mempesona dan menyilaukan mata serta dengan mudah membangkitkan nafsu hewani. Untuk itu diperlukan para juru da’wah yang mempunyai persiapan lebih matang, tidak lalai, gugup dan memalingkan muka menghadapi tantangan tersebut. Tetapi menyampaikan apa adanya risalah Allah swt, pahit maupun manis.

Sebagai juru da’wah dia mempunyai tujuan:
Mengajak beribadah hanya kepada Allah

Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu dan hanya menyembah-Nya, membersihkan diri segala sesuatu yang berbau syirik, seperti; perdukunan, sihir, tahayul, meyakini tempat keramat, jimat dan sebagainya.
Meyakini Allah pengatur sekalian alam

Ia harus membersihkan dirinya terlebih dahulu terhadap pandangan hidup selain Islam, dia dengan tegas menolak untuk mendukung sistem jahiliyah yang merusak kehidupan masyarakat, jika ia masih melibatkan diri dengan sistem yang rusak berarti ia termasuk orang-orang sejenis nifak.

Atau ia masih menyenangi kehidupan agama yang sempit dalam bidang perkawinan, perceraian dan pewarisan, sedangkan ajaran Islam yang lainnya dijalankan dengan aturan buatan manusia. Maka orang-orang seperti inilah orang-orang munafik, mereka bisa saja berlabel ulama, cendekiawan muslim, Kiai, dsbg-nya, mereka mengeluarkan fatwa-fatwa sesuai keinginan penguasa dan bertentangan dengan syari’at atau mengeluarkan pernyataan yang menyesatkan, semoga Allah menunjuki mereka.

Sangat menyedihkan memang, jika ulama, cendekiawan muslim, Kiai, dll merasa telah cukup dengan pengetahuan agama, bersyahadat, shalat, puasa dan haji serta ajaran agama lainnya. Mereka mengira dengan perbuatan tersebut pintu syurga terbuka lebar buat mereka, meskipun tetap melakukan kemaksiatan dengan ucapan dan fikirannya, mengikuti kehendak dan hawa nafsu penguasa atau memilih pendapat yang palsu.

Dan mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja” (Al-Baqarah 80).

Mereka tidak merasa sempit dadanya dengan mengikuti ideologi komunisme, kapitalisme (demokrasi), fasisme dan ideologi Barat lainnya yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Seharusnya mereka sepenuhnya menyerahkan bulat-bulat kepada Allah semata dalam mengatur sistem kehidupan ini dan menjauhkan dari ideologi golongan yang sempit itu.
Menyerahkan kekuasaan ditangan Allah

Merubah sistem pemerintahan yang membuat kerusakan dimuka bumi ketangan orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, sehingga kita memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Selama urusan dunia ini diserahkan kepada orang-orang fasik ini dalam bidang politik, eknomi, perundangan, sosial, budaya, dll, maka tidak mungkin seorang muslim mampu menjalankan Islam ini secara kaffah (totalitas). Bagaimana ia akan menanamkan akhlaq dan kehidupan yang islami kepada anaknya jika sistem kufur membelit kehidupannya setiap hari.


Selanjutnya kita coba telaah bagaimana metode da’wah yang harus dilakukan seorang juru da’wah:

1. Bertaqwa, ikhlas dan berakhlaq mulia

Dia menjalani kehidupan dengan menjauhkan diri dari kehidupan mewah, bersikap sabar, bertekad kuat, kepribadian yang tangguh dan mengutamakan yang haq daripada yang bathil.


2. Mengamalkan sebelum menda’wahkan

Seorang juru da’wah akan selalu menjadi sorotan masyarakat, semua mata akan memandang kepadanya. Jika ia menda’wahkan sesuatu yang tidak diamalkannya maka orang-orang akan mengkritiknya dan kritik ini dapat membuat frustrasi juru da’wah karena sering dibesar-besarkan.


Dia harus selalu menunjukkan sifat yang terpuji, tingkah laku yang baik dan bermanfaat serta menjadi teladan bagi jamaah dan masyarakatnya.
3. Lakukan dengan cara yang baik

Berikanlah makan yang mampu mereka cerna, jangan menjelaskan masalah furuiyah (rinci) sebelum menjelaskan masalah ushul (pokok) terlebih dahulu. Hadapi mereka dengan kasih sayang, tidak dengan kebencian dan penghinaan, arahkan pikiran sikap mereka sedikit demi sedikit kearah yang benar penuh kesabaran. Seperti seorang dokter yang mengobati pasien yang penuh kesabaran dan bertujuan untuk kebaikan pasien, bisa saja dokter menyakiti pasien dengan menyuntik bahkan mengoperasinya tetapi itu semua untuk kebaikan pasien.

Jangan mengajak umat berdebat dengan pidato atau polemik dalam tulisan, karena semua itu kurang wajar dan sopan dalam berda’wah, keburukannya lebih besar dari kebaikannya.

Da’wahilah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (dalil), nasihat yang baik dan debatlah mereka dengan debat yang baik. (An-Nahl 125).

4. Bersikap sabar

Sabar dalam menghadapi rintangan, penganiayaan dan penghinaan, tidak melibatkan diri perdebatan yang tidak bermanfaat. Mengutamakan da’wah terlebih dahulu kepada orang-orang yang tertarik kepada Islam, meskipun mereka orang-orang miskin, hina papa dan lemah.


5. Tidak mengharapkan pujian

Jangan mengharapkan pujian dan tidak bersikap sombong, selalu ikhlas dan mengharapkan ridha Allah swt.


Demikianlah, seorang juru da’wah mempunyai iman yang kokoh, hujjah yang kuat dan tepat, ketekunan, wibawa dan akhlaq yang mulia, sabar, tekun, bijaksana dan pandangan yang jitu (cerdas). Insyaallah jika syarat diatas dipenuhi dan dijalankan sungguh-sungguh maka da’wah akan berhasil dengan baik dan orang-orang akan tertarik mendengarkannya. Jika belum berhasil, maka perlu dievaluasi kembali apa saja kekurangan yang menyebabkan kegagalannya.

Dia juga harus berbaur dan bekerjasama dengan masyarakatnya, sehingga masyarakat merasa juru da’wah merupakan bagian darinya, merasakan suka dukanya, menjadi tempat rujukan setiap ada masalah yang dihadapinya dan siap membantu mereka yang kesusahan.

Semua juru da’wah harus bertekad untuk tidak membela sistem dan peraturan yang bathil serta membuat kerusakan dimuka bumi, ia harus menjelaskan kepada umat akibat menjalankan sistem itu dengan mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi ditengah umat. Sehingga umat dapat membandingkan dan memilih yang benar, jangan memaksakan kepada mereka.

Dalam berjamaah, juru da’wah harus:

1. Mempunyai organisasi yang memiliki prinsip dasar yang akan diterapkan dalam kehidupan ini. Seorang juru da’wah menyampaikan bahwa tidak seorangpun berhak mengatur kehidupan dikolong langit ini selain sang Khaliq sendiri. Jika juru da’wah ingin berhasil secepat mungkin, atau takut terhadap ancaman jiwa dan hartanya, maka ini menunjukkan kelemahan iman dan bobroknya akhlaq.

2. Memilih anggota yang mempunyai kesetiaan yang tinggi, harus diketahui siapa yang dapat dipercaya dan siapa yang tidak. Mereka harus mampu bersabar dalam menghadapi cobaan dan rintangan.

3. Mempunyai anggota bersikap patuh, melaksanakan tugas dengan baik dan hidup saleh. Hal seperti inilah yang menyebabkan umat menghormati juru da’wah, dan ia akan mendapat perlindungan dari umat jika terjadi sesuatu terhadap dirinya.

4. Tidak meminta perlindungan kepada polisi, hakim atau penguasa yang mengadilinya, sikap ini menunjukkan ketinggian budi dan akhlaq. Mereka hanya tunduk kepada UU yang akan menjauhkan mereka dari pengkhianatan dan penipuan.

Memperkokoh hubungan dengan Allah

Seorang juru da’wah harus mempunyai hubungan yang dekat dengan Allah, karena dengan begitu dia mempunyai sikap yang selalu optimis dan tidak patah semangat dalam menghadapi setiap rintangan, penghinaan dan penganiayaan. Dia akan selalu menjaga pikiran, ucapan dan tindakannya selalu sesuai syari’at Allah sehingga memperoleh ridha Allah.

Cara mendekatkan diri kepada Allah adalah:

∑-Mengkaji Al-Quran dan Hadist kemudian mengamalkannya
Melipatgandakan ibadah wajib dan sunnah;
- Shalat; selain shalat wajib juga shalat sunnah rawatib, dhuha, tahajud, dan lain-lain
Puasa; selain puasa dibulan Ramadhan juga puasa senin-kamis, 3 hari dalam sebulan (tgl 13, 14 dan 15 setiap bulan), dan lain-lain.
- Dzikir; selalu mengingat Allah dalam keadaan apapun dan dimanapun, dzikir dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah saw.
- Infaq; dalam berinfaq yang utama adalah keikhlasan dan infaq dapat menghapus dosa-dosa kecil yang kita lakukan tentu saja setelah kita bertaubat atas kesalahan tersebut.

Bagaimana cara mengukur kedekatan kita kepada Allah?. Tidak begitu sulit mengukurnya, kita dapat mengevaluasi diri;

Apakah setiap ucapan, pikiran dan tindakan kita sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah?,
Berapa banyak waktu, harta dan pikiran kita digunakan untuk menegakkan agama Allah?,
Bagaimana tingkat keresahan jiwa saat tertimpa musibah?,
Bagaimana perasaan kita melihat pelanggaran hukum-hukum Allah oleh masyarakat?

Sesungguhnya mereka yang berkata Tuhan kamu Allah kemudian mereka tetap berjalan lurus, berturunanlah kepada mereka para malaikat. (Ahkaf 13).

Semua hal diatas perlu diingat dan ditanamkan dalam jiwa para juru da’wah, sehingga jiwa menjadi tenang. Keberhasilan dan kegagalan da’wah memang tergantung Allah yang Maha Kuasa, manusia hanya dapat berusaha tetapi usaha yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunnah akan memperoleh ridha Allah dan syurga balasannya. Allah akan menilai proses yang telah kita jalani, hasilnya Allah yang menentukan.

Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan. (Ar-Ra’du 40).

Berdo’alah,

Ya Allah, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuanku dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku. (Thaha 25-28).

Wallahua’lam,
posted by kamil @ 6:00 AM   1 comments
Monday, January 16, 2006
Senam Revolusi
tribute : Trilogi Tumbila di Kebon Hutang

Tuhan!, Jedukkan kami dari samping kanan dan kiri
Tuhan!, Kami masih butuh gamparan-Mu. Kami masih butuh Bacokkan-Mu
Kami masih butuh memar, bengkak,nanah,
tumpah-bencana tindih untuk tunduk dibalkon arsy-Mu

Karenanya jangan hentikan deru halilintar untuk membelah bumi
Jangan Kau hentikan banjir bandang di segenap benua yang durhaka
Jangan padamkan kobaran api dan cairan lava yang Kau niatkan
untuk mensucikan randu-randu jiwa
Hentikanlah, manakala manusia tunduk pada aturan-Mu
dengan sempurna

~Di kejauhan ada yang sedang berusaha menginsyafi diri ditengah derai sang hujan....[keep moving 4 changes,dude!]
posted by kamil @ 11:01 AM   0 comments
about me
My Photo
Name:
Location: surabaya, east-java, Indonesia

me just ordenary people like human being , nothing special, :), important think of me is openmind people, friendship....,Hanya manusia biasa yang sedang berusaha berbuat sesuatu dalam hidup. Meraih cita - cita tertinggi, menjadi hamba Alloh, bukan Hamba dari selain-Nya

Pengunjung
Free Hit Counters
Pembaca

Kalender
Reminder one day prayer times
Reference
HTI, Ustadz M. Shiddiq Al-Jawi, Muslim Muda
Taman Pikir&dzikir
Other site of me
mE, my friendster blog,
Brother
Mamad-Aceh, Mulyadi-Aceh, Alex-Aceh, Radzie-Acehkita, ady-Jakarta, hikaru-Magelang, Aryanto-Makasar, Balung-Surabaya, Andres-Jember, monce-Jakarta, Yasin-Japan, Frenky-Yogya
Sister
Ihan chayang-Banda Aceh, Hani-Cilacap, Ucy-Jakarta, Ifa, ryokhu_Yogyakarta, ocha-Jakarta, Evy-Medan
Nasehat&Celoteh Saudaraku
Arsip
Banner

Powered by Blogger